Muqoddimah Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur senantiasa kami sanjungkan kepada Alloh sang pencipta semua makhluk diseluruh jagad raya ini, hanya dengan rahmatNyalah kita masih tetap bisa menikmati segala kenikmatan yang telah diberikanNya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi akhir zaman, Muhammad saw yamg kita nantikan syafa’at beliau di hari kiamat. Pada kesempatan kali ini, Alhamdulillah buku edisi ke-4 bisa terbit, terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan saran, serta dukungannya terutama dari para pembaca setia, kami sadari masih banyak kekurangan pada edisi ke-4 ini, maka dari itu saran dan kritik dari para pembaca tetap kami harapkan, kami juga minta do’anya semoga untuk edisi-edisi berikutnya masih tetap bisa terbit dengan isi yang lebih sempurna. Harapan kami semoga dengan adanya buku mungil ini akhwat semua bisa termotivasi untuk meraih gelar Wanita Sholihah, suatu gelar istimewa yang menjadi dambaan seluruh wanita di dunia. Sangat sulit untuk meraihnya tanpa adanya sebuah perjuangan dan pengorbanan, disertai dengan kesabaran. semoga para akhwat diberi kemudahan, petunjuk oleh Alloh untuk tetap bisa berusaha meraih gelar tersebut.Amiin….. Ponorogo,20 Maret 2011 Penyusun H-Liem Al Ja’fary Daftar isi Muqoddimah................................................................................................ III Daftar isi...................................................................................................... V Ukhti,…. Kamu cantik sekali....................................................................... 1 Bidadari yang Cantik Jelita.......................................................................... 3 Inner Beauty Muslimah Sejati...................................................................... 6 Kecantikan Sejati......................................................................................... 9 Wanita SholihahBidadari dunia................................................................... 12 Makna Menjadi wanita Bidadari-bidadari turun dari surga......................... 13 Masih adakah muslimah sejati di zaman sekarang?..................................... 15 Menjadi Bidadari Dambaan......................................................................... 18 Menjadi Bidadari Dunia dan Akhirat.......................................................... 21 Menggapai Khairu Mataa’id Dunya............................................................ 23 Syukurilah Kejelitaanmu!!!.......................................................................... 29 Muslimah Cantik, Bermahkota Rasa Malu.................................................. 33 Arti perempuan bagi laki-laki....................................................................... 36 Mengenal WS............................................................................................... 38 Apapun Kata Orang, Inilah Jalanku............................................................. 40 Bidadari Syurga Dunia................................................................................ 42 | |||
Ukhti Kamu cantik sekali…. Ukhti, kamu cantik sekali Tapi cantik fisik tak akan pernah abadi. para pesolek bisa berbangga dengan ke wajah ataupun bentuk tubuhnya. Namun tegak, membungkuk termakan usia, tak lagi yang bisa dibanggakan. Lebih-lebih memasuki liang lahat, tentu tak akan adSaat inimolekabeberapa saat nanti, saat wajah telah keriput, rambutpun kusut & berubah warna putih semua, tubuh tak lagiakan adajika telaha manusia yg mau mendekat. Ukhti, kamu cantik sekali Tapi kecantikan hanyalah pemberian dan untuk apa dibangga-banggakan. Sepantasnya kecantikan disyukuri dengan cara yang benar. Mensyukuri kecantikan bukanlah dengan cara memamerkan, memajang gambar atau mengikuti bermacam ajang lomba guna membandingkan rupa, sedangkan hakekatnya wajah itu bukan miliknya. Tidakkah engkau jengah bila banyak mata lelaki yang memandangi berhari-hari. Tidakkah engkau malu ketika wajahmu dinikmati tanpa permisi karena engkau sendiri yang memajang tanpa sungkan. Ataukah rasa malu itu telah punah musnah. Betapa sayangnya jika demikian, sedangkan ia sebagian dari keimanan. ”Al haya’u minal iman” Ukhti, kamu cantik sekali Tapi apa manfaat pujian dan kekaguman seseorang. Adakah ia akan menambah pahala dariNya. Adakah derajatmu akan meninggi disisi Ilahi setelah dipuji. Tak ada yang menjamin wahai ukhti. Mungkin malah sebaliknya, wajah cantik itu menjadikanmu tidak cantik di hadapanNya, karena tak mampu memelihara sesuai dengan ketentuanNya. Ukhti, kamu cantik sekali Kecantikanmu itu harta berharga bukan barang murah yang bisa dinikmati dengan mudah. Dimana nilainya jika setiap mata begitu leluasa memandang cantiknya rupa, jika kecantikan telah diumbar, dipajang dengan ringan tanpa sungkan, jika setiap orang, baik ia seorang kafir, musyrik atau munafik begitu mudah menikmati wajah para muslimah. Ukhti, kamu cantik sekali Alangkah indah jika kecantikan fisik itu dipadu dengan kecantikan hatimu. Apalah guna tubuh molek memikat bila tak ada rasa malu yang lekat. Mari cantikkan diri dengan cahayaNya. Cahaya yang bersinar dari hati benderang penuh keimanan. Hati yang sederhana, yang tak berlebihan dalam segala urusan dunia. Ukhti, kamu cantik sekali Mari tampilkan kecantikan dihadapan Sang Pencipta karena itu lebih berarti daripada menampilkan kecantikan pada manusia yang bukan muhrimmu. Mari tampilkan kecantikan dihadapan suamimu, karena itu adalah bagian dari jihadmu. Mengabdi pada manusia yang kamu kasihi demi keridhoan Ilahi. Mari tampilkan kcantikan, cantik iman, cantik batin, cantik hati, karena itu lebih abadi. -dicopy dari sebuah milis dengan sedikit perubahan- J untukmu ukhti-ukhtiku yg disayangi Allah, semoga bermanfaat bagi yang mau mengambil pelajaran. Mereka sangat sangat cantik, memiliki suara-suara yang indah dan berakhlaq yang mulia. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan siapapun yang membicarakan diri mereka pasti akan digelitik kerinduan kepada mereka, seakan-akan dia sudah melihat secara langsung bidadari-bidadari itu. Siapapun ingin bertemu dengan mereka, ingin bersama mereka dan ingin hidup bersama mereka. Semuanya itu adalah anugerah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan sifat-sifat terindah kepada mereka, yaitu bidadari-bidadari surga. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati wanita-wanita penghuni surga sebagai kawa’ib, jama’ dari ka’ib yang artinya gadis-gadis remaja. Yang memiliki bentuk tubuh yang merupakan bentuk wanita yang paling indah dan pas untuk gadis-gadis remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari, karena kulit mereka yang indah dan putih bersih. Aisyah RadhiAllohu anha pernah berkata: “warna putih adalah separoh keindahan” Bangsa Arab biasa menyanjung wanita dengan warna puith. Seorang penyair berkata: Kulitnya putih bersih gairahnya tiada diragukan laksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruan dia menjadi perhatian karena perkataannya lembut Islam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahat Al-’In jama’ dari aina’, artinya wanita yang matanya lebar, yang berwarna hitam sangat hitam, dan yang berwarna puith sangat putih, bulu matanya panjang dan hitam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik, yaitu wanita yang menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya sempurna, akhlaknya baik dan wajahnya cantk menawan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang suci. Firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (QS: Al-Baqarah: 25) Makna dari Firman diatas adalah mereka suci, tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan besar serta tidak kentut. Mereka tidak diusik dengan urusan-urusan wanita yang menggangu seperti yang terjadi di dunia. Batin mereka juga suci, tidak cemburu, tidak menyakiti dan tidak jahat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah. Artinya mereka hanya berhias dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka tidak pernah keluar dari rumah suaminya, tidak melayani kecuali suaminya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang tidak liar pandangannya. Sifat ini lebih sempurna lagi. Oleh karena itu bidadari yang seperti ini diperuntukkan bagi para penghuni dua surga yang tertinggi. Diantara wanita memang ada yang tidak mau memandang suaminya dengan pandangan yang liar, karena cinta dan keridhaanyya, dan dia juga tidak mau memandang kepada laki-laki selain suaminya, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair: Ku tak mau pandanganmu liar ke sekitar jika kau ingin cinta kita selalu mekar. Di samping keadaan mereka yang dipingit di dalam rumah dan tidak liar pandangannnya, mereka juga merupakan wanita-wanita gadis, bergairah penuh cinta dan sebaya umurnya. Aisyah RadhiAllohu anha, pernah bertanya kepad Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, yang artinya: “Wahai Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, andaikata engkau melewati rerumputan yang pernah dijadikan tempat menggembala dan rerumputan yang belum pernah dijadikan tempat menggambala, maka dimanakah engkau menempatkan onta gembalamu?” Beliau menjawab,”Di tempat yang belum dijadikan tempat gembalaan.” (Ditakhrij Muslim) Dengan kata lain, beliau tidak pernah menikahi perawan selain dari Aisyah. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya kepada Jabir yang menikahi seorang janda, yang artinya: “Mengapa tidak engkau nikahi wanita gadis agar engkau bisa mencandainya dan ia pun mencandaimu?” (Diriwayatkan Asy-Syaikhany) Sifat bidadari penghuni surga yang lain adalah Al-’Urub, jama’ dari al-arub, artinya mencerminkan rupa yang lemah lembut, sikap yang luwes, perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh cinta. Ucapan, tingkah laku dan gerak-geriknya serba halus. Al-Bukhary berkata di dalam Shahihnya, “Al-’Urub, jama’ dari tirbin. Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”, artinya Fulan berumur sebaya dengan orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu sebaya umurnya, sama-sama masih muda, tidak terlalu muda dan tidak pula tua. Usia mereka adalah usia remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan telur yang terjaga, seperti Yaqut dan Marjan. Mutiara diambil kebeningan, kecemerlangan dan kehalusan sentuhannya. Putih telor yang tersembunyi adalah sesuatu yang tidak pernah dipegang oleh tangan manusia, berwarna puith kekuning-kuningan. Berbeda dengan putih murni yang tidak ada warna kuning atau merehnya. Yaqut dan Marjan diambil keindahan warnanya dan kebeningannya. Semoga para wanita-wanita di dunia ini mampu memperoleh kedudukan untuk menjadi Bidadari-Bidadari yang lebih mulia dari Bidadari-Bidadari yang tidak pernah hidup di dunia ini. Wallahu A’lam (Sumber Rujukan: Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin [Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu], karya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah) Inner Beauty Muslimah Sejati Setiap muslimah senantiasa mendambakan kecantikan fisik. Tetapi ingat, kecantikan dari dalam (inner beauty) adalah hal yang lebih penting daripada kecantikan fisik belaka. Karena, apa gunanya seorang muslimah cantik fisik tetapi tidak memiliki akhlak terpuji. Atau apa gunanya cantik fisik tetapi dibenci orang-orang sekitar karena tindak-tanduknya yang tidak baik. Karena itu, kecantikan dari dalam memang lebih diutamakan untuk menjaga citra diri seorang muslimah. Menjaga kecantikan dari dalam berarti menjaga etika dan budi pekerti baik, serta menggunakan anggota tubuh untuk hal-hal yang baik berdasarkan sudut pandang syariat Islam. Sebagai contoh, bibir yang indah tak hanya indah menarik secara fisik, tapi juga meniscayakan penuturan kata-kata baik dan ucapan santun. Tutur kata santun dan ucapan yang baik memberi kesan mendalam bagi orang lain. Allah pun dengan tegas menyatakan bahwa antara ciri hamba-Nya yang baik adalah mereka yang baik ucapannya. Mereka yang apabila dihina atau dicaci oleh orang yang jahil (tidak berilmu), mereka tidak membalasnya kecuali dengan kata-kata baik dan lemah lembut. Dia berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang- orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan: 63) …seorang muslimah yang baik akan meninggalkan perkataan-perkataan tidak bermanfaat… Tak hanya itu, seorang muslimah yang baik akan meninggalkan perkataan-perkataan tidak bermanfaat. Rasulullah bersabda, “Termasuk dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya.” Mengenai hadits ini, Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, “Kebanyakan pendapat yang ada tentang maksud meninggalkan apa-apa yang tidak penting adalah menjaga lisan dari ucapan yang tidak berguna.” Termasuk dalam hal ini adalah menjauhi perbuatan ghibah yang berkaitan erat dengan lisan yang mudah bergerak dan berbicara. Maka hendaknya para muslimah memperhatikan apa-apa yang diucapkan. Jangan sampai terjatuh dalam perbuatan ghibah yang tercela. Bila setiap wanita muslimah bisa menjaga lisan dari mengganggu atau menyakiti orang lain, insya Allah mereka akan menjadi seorang muslimah sejati. Rasulullah SAW bersabda, ”Seorang muslim sejati adalah bila kaum muslimin merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Muslim) Dan terpenting lagi, mempergunakan mata untuk hal-hal yang diridhai Allah dan Rasul-Nya. Hal ini berarti tidak menggunakan mata untuk bermaksiat. Pandangan mata adalah mata air kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu syahwat. Betapa banyak manusia mulia yang didera nestapa dan kehinaan, hanya karena mereka tidak dapat mengendalikan mata. Yaitu ketika matanya tidak dapat lagi menyebabkan seseorang menjadi bersyukur atas anugerah nikmat, karena dipergunakan secara zhalim. Seseorang muslimah yang menjaga pandangan berarti dia menjaga harga diri dan kemaluannya. Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka akan terjerumus ke dalam kebinasaan. Inilah mengapa Rasul menegaskan, “Tundukkan pandangan kalian dan jagalah kemaluan kalian.” Lalu peliharalah telinga dari mendengarkan bid’ah, gosip, kata-kata keji dan sesat, atau menyebutkan kesalahan-kesalahan orang. Telinga diciptakan untuk mendengarkan Kalam Allah dan instruksi-instruksi Rasulullah. Sepasang telinga yang indah dan baik adalah yang bisa mengambil manfaat ilmu-ilmu keislaman. Lalu tangan yang baik adalah tangan yang diulurkan untuk membantu dan menolong sesama muslim, serta bersedekah dan berzakat. Kita diberi dua tangan; satu untuk membantu kita dan satu lagi untuk membantu orang lain. Lalu Islam juga mengajarkan bahwa tangan ‘di atas’ lebih baik dari tangan ‘di bawah’.. Kemudian kedua kaki yang ‘indah’ adalah yang dipergunakan untuk mendatangkan keridhaan Allah. Jagalah kedua kaki untuk tidak berjalan menuju tempat-tempat yang diharamkan atau pergi ke pintu penguasa yang kafir. Karena hal itu adalah kemaksiatan yang besar dan sama saja dengan merendahkan diri kalian. Lalu jangan sekali-kali mempergunakan kaki untuk menyakiti saudara-saudari muslim, pergunakanlah untuk berbakti kepada Allah, misalnya dengan mendatangi masjid, tempat-tempat pengajian, berjalan untuk menuntut ilmu agama serta menyambung tali silaturahim, atau melangkahkannya untuk berjihad di jalan-Nya. Demikian pula dengan segenap anggota tubuh lainnya. Semuanya akan nampak indah serta memesona apabila dipergunakan dalam rel ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kecantikan fisik seorang muslimah bahkan sangat dipengaruhi kecantikan batin. Untuk mendapatkan tubuh yang ramping, maka cobalah untuk berbagi makanan dengan orang-orang fakir-miskin. Kecantikan sejati seorang muslimah tidak terletak pada keelokan dan keindahan fisik atau keglamoran pakaiannya. Kecantikannya sangat dipengaruhi perilaku dan ketaatannya kepada Allah dan Rasulullah. Kecantikan sebenarnya direfleksikan dalam jiwa. Maka jadikan malu karena Allah sebagai perona pipinya. Penghias rambutnya adalah jilbab yang terulur sampai dadanya. Zikir yang senantiasa membasahi bibir adalah lipstiknya. Kacamatanya adalah penglihatan yang terhindar dari maksiat. Air wudhu adalah bedaknya untuk cahaya di akhirat. Kaki indahnya selalu menghadiri majelis ilmu. Tangannya selalu berbuat baik kepada sesama. Pendengaran yang ma’ruf adalah anting muslimah. Gelangnya adalah tawadhu. Kalungnya adalah kesucian. ganna pryadha/voa-islam.com/berbagai sumber Kecantikan Sejati Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugrahkannya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan di luar tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku surgaku). Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat suami bertambah kuat jalinan perasaannya. Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan. Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia memiliki istri yang berwajah memikat. Tapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa fakta-fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Konon, Christina Onassis, mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi, dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri. Kecantikan wajah Christina tidak membuat suaminya semakin sayang ketika memandangnya. Jalinan perasaan antara ia dan suami-suaminya tidak pernah kuat. Kasus ini memberikan ibroh kepada kita bahwa bukan kecantikan wajah secara fisik yang dapat membuat suami semakin sayang ketika memandangnya. Ada yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya bersifat qalbiyyah! Bantahan kedua, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung.” (HR. bukhari, Muslim) Hadist di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan suami semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zhahir. Ada yang bersifat bathiniyyah. Dengan demikian wahai saudariku muslimah, tidak mesti kita harus mempercantik diri dengan alat kosmetik atau dengan menggunakan gaun-gaun aduhai yang akhirnya akan membawa kita pada sikap berlebihan pada hal yang halal bahkan menyebabkan kita menjadi lalai dan meninggalkan segala yang bermanfaat dalam perkara-perkara akhirat, wal ‘iyadzubillah. Namun tidak berarti kita meninggalkan perawatan diri dengan menjaga fitrah manusia, dengan menjaga kebersihan, kesegaran dan keharuman tubuh yang akhirnya melalaikan diri dalam menjaga hak suami. Ada yang lebih berarti dari semua itu, ada yang lebih penting untuk kita lakukan demi mendapatkan cinta suami. Sesungguhnya cinta yang dicari dari diri seorang wanita adalah sesuatu pengaruh yang terbit dari dalam jiwa dengan segala kemuliaannya dan mempunyai harga diri, dapat menjaga diri, suci, bersih, dan membuat kehidupan lebih tinggi di atas egonya. Untuk itulah saudariku muslimah… Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu dengan cinta dan kasih sayang serta tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah seperti jiwamu yang penuh dengan kebaikan, perhatian serta kelembutan. Bukankah kita telah melihat contoh-contoh yang gemilang dari pribadi-pribadi yang kuat dari para shahabiyyah radiyallahu ‘anhunna…? Janganlah engkau penuhi dirimu dengan ahlak yang selalu sedih dan gelisah, banyak pengaduan dan keluh kesah dan selalu mengancam, karena hal tersebut akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah untuk kehidupan. Seperti kuatnya para shahabiyyah dalam menghadapi kehidupan yang keras dan betapa kuatnya wanita-wanita yang lembut itu mempertahankan agamanya… Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama. Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang diajarkan Islam, yang diawali dengan sifat keimanan. Sebagaimana firman Allah, (yang artinya) “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.” (QS. Al-Hujaraat: 7) Apabila keimanan telah benar-benar terpatri dalam hati, maka akan tumbuhlah sifat-sifat indah yang menghiasi diri manusia, mulai dari Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur, Terhormat, Berani, Sabar, Lemah Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang tidak mungkin disebut satu-persatu. Semuanya adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hambanya agar dapat bahagia hidup di dunia dan akhirat. Wanita benar-benar sangat diuntungkan, karena ia memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal perhiasan jiwa dengan arti yang sesungguhnya, yaitu ketika wanita memiliki sifat-sifat terpuji yang mengangkat derajatnya ke puncak kemuliaan, dan jauh dari segala sesuatu yang dapat menghancurkanya dan menghilangkan rasa malunya….! Saudariku… jika engkau telah menikah, maka nasihat ini untuk mengingatkanmu agar engkau selalu menampilkan kecantikan dirimu dengan kecantikan sejati yang berasal dari dalam jiwamu, bukan dengan kecantikan sebab yang akan lenyap dengan lenyapnya sebab. Saudariku… jika saat ini Allah belum mengaruniai engkau jodoh seorang suami yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu untuk menjadi istri yang sholihah dengan memperbaiki diri dari kekurangan yang dimiliki lalu tutuplah ia dengan memunculkan potensi yang engkau miliki untuk mendekatkan dirimu kepada Yang Maha Rahman, mempercantik diri dengan ketakwaan kepada Allah yang dengannya akan tumbuh keimanan dalam hatimu sehingga engkau dapat menghiasi dirimu dengan akhlak yang mulia. Saudariku… ini adalah sebuah nasihat yang apabila engkau mengambilnya maka tidak ada yang akan diuntungkan melainkan dirimu sendiri. Disalin dari: Buletin al-Izzah edisi no16/thn III/Muharram 1425 H(Bulletin ini diterbitkan oleh Forkimus (Forum Kajian Islam Muslimah Salafiyah) Mataram, Lombok, NTB) Artikel www.muslimah.or.id Wanita Sholihah Bidadari dunia Wanita Shalihah adalah bidadari surga yang lahir ke dunia ini, memandangnya menyejukkan hati, perkataannya menyemangatkan jihad suaminya. Dia rela meninggalkan harta dunia kemuliaan, jika di tinggal suaminya, di rumah Dia menjalankan amanah. Wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Wanita Shalihah adalah harta kekayaan yang paling berharga bagi seorang mukmin yang mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah Saw bersbda, "Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah" Wanita shalihah membuat bidadari surga menangis karena kemuliaan dan kecantikan didapatkan kelak di akhirat. Wanita shalihah adalah dambaan setiap lelaki, apabila melihatnya dapat mengembirakan, ketika gelisah dapat menentramkan hati, memberi kebahagiaan di setiap rumah, dan sebaik-baik sahabat ketika sedih. Rasulullah Saw pernah bersbda, "Maukah kamu jika aku beritahukan kepadamu harta kekayaan yang terbaik? Harta kekayaan itu adalah wanita shalihah, yang apabila engkau lihat dapat mengembirakanmu. Apabila engkau perintah dia patuh, dan apabila kau tinggal pergi, Dia memelihara amanatnya”. Dunia fana ini merupakan kesenangan, dan kesenangan yang paling utama yaitu adanya wanita shalihah yang menghiasi dunia ini. Karena ia dapat membahagiakan suaminya di dunia ini yang penuh tipu daya dan membantu dalam menyelesaikan urusan suaminya di akhirat. Sangat beruntunglah wanita yang menutup auratnya, menjaga kesuciannya, menundukan pandangannya, memegang erat agamanya, dan Dia adalah wanita yang dirindukan syurga. Dia adalah wanita shalihah. "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah" (HR. Muslim) Makna Menjadi wanita Bidadari-bidadari turun dari surga Ketika kita berbicara tentang wanita, maka sesungguhnya kita tengah berbicara mengenai sebuah kedalaman ilmu yang sepertinya entah seberapa dalamnya sehingga tidak pernah habis-habisnya dibicarakan dan dimaknai baik oleh wanita itu sendiri atau orang-orang yang menginginkan manfaat dari mengetahui seluk beluk dunia wanita. Di balik semua kekaguman dan mungkin celaan terhadap wanita, terdapat muara yang membuat wanita mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah. Bahwa kehidupan wanita sesungguhnya mengalir pada dua muara, yaitu surga dan neraka. Dalam buku Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengisahkan tentang bidadari-bidadari surga. Bidadari-bidadari itu adalah wanita suci yang menyenangkan dipandang mata, menyejukkan dilihatkan menentramkan hati setiap pemiliknya. Rupanya cantik jelita, kulitnya mulus. Ia memiliki akhlak yang paling baik, perawan, kaya akan cinta dan umurnya sebaya. Siapakah yang orang yang beruntung mendapatkannya? Siapa lagi kalau bukan orang-orang yang syahid karena berjihad dijalan Allah, orang-orang yang tulus dan ikhlas membela agama Allah. Sebagian kita mungkin berfikir, kapan kita berjumpa dengan bidadari-bidadari itu, apakah ia akan kita miliki, adakah ia sedikit diantara mereka mendiami bumi sekarang ini? Bidadari-bidadari itu telah turun ke bumi. Semenjak Islam mulai bangkit lagi di bumi ini. Bidadari-bidadari itu menghias diri setiap hari. Dia berwujud manusia yang berhati lembut, menyenangkan dipandang mata, menyejukkan dilihat, menentramkan hati setiap pemiliknya. Dialah wanita sholehah yang menjaga kesucian dirinya. Seperti apakah bidadari bumi itu? Bisakah kita mengikuti langkahnya, apakah dia anak, adik, keponakan perempuan atau apakah ia istri dan ibu kita, atau ia hanya berupa angan yang sebenarnya bisa kita realisasikan, tapi syetan kuat menahan? Dialah wanita sholehah yang menjaga kesucian dirinya. Setiap perempuan bisa menjadi bidadari bumi, seperti apakah ciri-cirinya?Ia adalah wanita yang paling taat kepada Allah. Ia senantiasa menyerahkan segala urusan hidupnya kepada hukum dan syariat Allah. Ia menjadikan Al-Quran dan Al-Hadis sebagai sumber hukum dalam mengatur seluruh aspek kehidupannya. Ibadahnya baik dan memiliki akhlak serta budi perketi yang mulia. Tidak hobi berdusta dan bergunjing. Berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya. Ia senantiasa mendoakan orang tuanya, menghormati mereka, menjaga dan melindungi keduanya. Ia taat kepada suaminya. Menjaga harta suaminya, mendidik anak-anaknya dengan kehidupan yang islami. Jika dilihat menyenangakan, bila dipandang menyejukkan, dan menentramkan bila berada didekatnya. Hati akan tenang bila meninggalkanya pergi? Ia melayani suaminya dengan baik, berhias hanya untuk suaminya, pandai membangkitkan dan memotifasi suaminya untuk berjuang membela agama Allah. Ia tidak bermewah-mewah dengan dunia, tawadhu, bersikap sederhana. Kesabarannya luar biasa atas janji-janji Allah, ia tidak berhenti belajar untuk bekal hidupnya. Ia bermanfaat dilingkungannya. Pengabdianya kepada masyarakat dan agama sangat besar. Ia menyeru manusia kepada Allah dengan kedua tangan dan lisannya yang lembut, hatinya yang bersih, akalnya yang cerdas dan dengan hartanya. "Dan dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah". (HR Muslim) Dialah bidadari bumi, dialah wanita sholehah yang keberadaan dirinya lebih baik dan berarti dari seluruh isi alam ini. Karena jiwa dan akhlaknya yang menghiasi dirinya. Masih adakah muslimah sejati di zaman sekarang? Di zaman yang penuh kebebasan ini banyak sekali wanita Muslimah yang tidak memiliki ciri Muslimah. Mereka bersikap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Islam. Seperti dalam masalah materi, wanita Muslimah seharusnya lebih mementingkan yang halal daripada jumlahnya. Muslimah sejati tergambar pada riwayat yang menyebutkan bahwa seorang wanita ketika melepaskan suaminya yang akan pergi bekerja mencari nafkah berkata, "Bawa pulanglah rezeki yang halal, jika tidak kau dapatkan maka kami lebih rela kelaparan daripada menerima siksa api neraka." Keimanan wanita ini menjadikan dia mengucapkan kata-kata yang jika kita ukur dengan keadaan sekarang sungguh aneh dan berbeda. Tetapi, itulah Muslimah sejati. Dia lebih senang kekurangan harta dan makanan daripada harus kelak menanggung beban siksaan api neraka. Suami dari wanita seperti ini tentu tidak akan mau melakukan keharaman demi menyenangkan hati istri dan keluarganya. Tidak akan muncul para koruptor, penipu,maling, dan perampok, serta orang-orang yang berlumuran dengan riba, karena para istri menolak menerima uang haram. Riwayat lain menyebutkan tentang Muslimah sejati yang perlu diteladani dan direnungi oleh wanita sekarang. Ada seorang wanita yang tengah ditinggal oleh suaminya pergi berjihad fi sabilillah. Wanita tetangganya berkata kepadanya, "Bagaimana kau biarkan suamimu pergi meninggalkanmu dan anak-anakmu, siapa yang akan memberi makan kalian sekeluarga? "Wanita itu menjawab dengan penuh keimanan, "Setahuku suamiku itu akkaal (orang yang selalu makan) bukan Razzaaq (yang selalu memberi rezeki), jika akkaal telah pergi maka Razzaaq masih ada." Pemahaman yang jernih wanita ini memberinya keyakinan bahwa yang memberikan rezeki itu adalah Allah maka jika pun suaminya pergi berjihad, tidak ada keraguan dalam hatinya untuk melepaskan pergi berjuang. Adapun yang akan memberikan rezeki baginya dan anak-anaknya adalah Allah, Ar Razzaaq. Keyakinan seperti ini yang harus dimiliki oleh setiap Muslimah agar dunia ini tegak berdasarkan Islam, karena bagaimana mungkin para pejuang akan ikhlas jika para istri masih saja memberati suami mereka, takut menghadapi tantangan hidup dan menjadi orang-orang yang lemah iman dan daya juangnya. Para Muslimah sejati seperti ini harus ditumbuhkembangkan agar kehidupan ini lebih baik dan Islami. Dan benarlah perkataan seorang bijak yang menyebutkan bahwa, "Di balik setiap laki-laki yang hebat itu ada wanita yang hebat yang pula”. Hasan Al Banna malahan merumuskan ciri-ciri muslim sejati adalah sebagai berikut : 1. Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik. 2. Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQur'an dan Assunnah serta terjauh dari segala Bid'ah yang dapat menyesatkannya. 3. Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin). 4. Qowiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT. 5. Mutsaqoful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya. 6. Qodirun 'alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. 7. Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain. 8. Haritsun 'ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT. 9. Munazhom Fii Su'unihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik. 10. Naafi'un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain. Semoga dengan kesepuluh karakter yang dikemukakan diatas menjadikan kita termotivasi untuk dapat merealisasikannya dalam diri kita.Amin. diambil dari berbagai sumber yg tidak bisa disebutkan satu persatu Menjadi Bidadari Dambaan Menjadi Bidadari yang didambakan dan menjadi bidadari bagi suaminya di dunia dan akhirat, adalah merupakan cita-cita tertinggi seorang muslimah sebagai istri. Mengapa tidak cukup menjadi bidadari di dunia saja? Toh, Allah sudah menjanjikan bidadari-bidadari di syurga bagi para suami (muslimin) yang shaleh?! Justru itulah yang seharusnya menjadi landasan dan motivasi bagi kaum istri. Tidak cemburukah para istri jika perannya digantikan oleh wanita-wanita lain yang kebetulan seorang bidadari? Oleh karenanya, adalah sebuah dambaan bagi seorang istri untuk menjadi ratu bidadari bagi suaminya kelak di syurga. Karena istri atau wanita pendamping suami ketika hidup di dunia lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan bidadari-bidadari syurga, karena ibadahnya kepada Allah. Wanita dunia menjalankan shalat, shaum, dan semua amaliah ibadah lainnya, sedang bidadari syurga tidak. Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah SAW banyak menyebutkan tentang sosok bidadari syurga. Teramat banyak ilustrasi indah yang dinyatakan untuk menggambarkan bidadari syurga. Istri-istri yang disediakan oleh Allah tersebut adalah wanita abadi dan suci, cantik jelita nan lembut gemulai. tiap kali berkumpul bersama mereka tidak ada kata bosan dan jenuh. Jika bidadari menampakkan wajahnya, terpancarlah keindahan antara langit dan bumi. Bidadari yang sempurna, indah perangai, indah segala. Mereka tidak pernah disentuh oleh penghuni-penghuni syurga selain suaminya. Ketika sang mukmin masuk syurga bidadari akan menyambutnya dengan pelukan hangat dan erat dengan jari dan telapak tangan yang lembut dan indah. Mereka selalu bernyanyi riang gembira, tiada sedih tiada duka, mereka menyanyikan kidung-kidung, tasbih, tahmid, serta pujian kepada Allah. Jika bidadari syurga ke bumi niscaya wanginya akan memenuhi seluruh bumi. Subhanallaah.. Adalah tugas besar dan berat bagi seorang istri untuk menjadi bidadari di antara bidadari lain bagi suaminya. Karena hanya seorang istri yang shalihahlah yang kelak dapat menjadi ratunya bidadari syurga. Dengan kata lain, seorang istri haruslah masuk syurga, sehingga bisa mendampingi suaminya. Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika perempuan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk syurga.” (HR. Al-Bazaar). Tapi bukan sebatas itu, banyak hal lain yang harus diperhatikan dan diutamakan untuk dilaksanakan bagi seorang istri agar dapat mendampingi suaminya di syurga, diantaranya: v Senantiasa taat pada Rabb-nya. Segala ketentuan dan ketetapan Rabb-nya diterima dengan tulus ikhlas, tiada rasa berat di hati. Oleh karenanya, seorang wanita jika ingin menjadi bidadari dunia akhirat hendaknya bisa memingit dirinya dari segala macam perbuatan maksiat dan durhaka. v Membantu suami taat pada Rabb-nya. “Harta yang utama adalah lisan yang senantiasa berdzikir, hati yang senantiasa bersyukur dan istri beriman yang membantu suami dalam menegakkan bangunan imannya”. (Hr. Ibnu Majah dan Tirmidzi, hasan). Telah banyak keterangan sebagai panduan bagi seorang istri dalam bersikap kepada suami.
Dari semua keterangan di atas menunjukkan betapa besarnya hak suami terhadap istri. Istri yang shalehah tentu harus paham akan hal ini. Oleh karena itu, para istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam bersikap kepada suami, karena jika salah melangkah bisa membawa ke neraka dan sebaliknya jika benar bisa menghantarkan ke syurga dengan rahmat Allah. Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan hadits dari Hushain bin Mihshan ra., dia bercerita, bibiku bercerita: Aku pernah datang memenuhi Rasulullah saw untuk suatu keperluan. Lalu beliau berkata, “Apakah kamu sudah menikah?” Bibiku menjawab, “Ya. Bagaimana sikap dan tindakanmu selama ini terhadapnya? Tanya Rasulullah lebih lanjut. Ia pun menjawab, “Aku senantiasa melayani kecuali bila aku tidak sanggup melakukannya. Beliau bersabda, “Coba renungkan kembali, bagaimana sikapmu terhadapnya. Sesungguhnya dia dapat menjadi sebab surgamu atau nerakamu”. Sesungguhnya kebahagiaan yang selalu didambakan oleh setiap insan adalah kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan keduanya tak mungkin dapat diraih oleh seseorang melainkan dengan kefaqihan dalam agama yang lurus. Apabila sebuah keluarga difaqihkan tentang agama oleh Allah, maka itulah karunia yang besar yang akan menghantarkan dirinya ke syurga kelak. Oleh karena itu, istri yang baik akan senantiasa memperdalam pengetahuannya tentang dien Islam. Lalu menghidupkan nilai-nilai islami ini dalam kehidupan rumah tangganya bersama sang suami. Karena tujuan wanita menjalin kehidupan rumah tangga adalah dalam rangka memelihara diri dan menyempurnakan setengah dien yang lain serta dalam rangka regenerasi mujahid yang ‘aliman shalihan. Insya Allah. “Ya Allah, berkahilah aku terhadap keluargaku, dan berkahilah mereka terhadapku. Ya Allah, satukanlah kami dengan kebajikan, dan pisahkanlah kami dengan kebajikan jika Engkau memisahkan kami.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dengan sanad hasan) Menjadi Bidadari Dunia dan AkhiratPernahkah terlintas dalam hatimu ya ukhti, saudariku muslimah untuk menjadi bidadari di dunia dan diakhirat nanti?. Pernahkah kau membayangkan betapa cantik dan anggunnya ia, menjadi incaran dan simpanan hamba-hamba Allah yang shalih dan bertakwa. Pernahkah engkau mengangankannya? Pernahkah engkau mengimpikannya? Tidakkah hatimu tergerak untuk segera meraihnya? Sesungguhnya bidadari dunia adalah ia para wanita yang shalihah, memurnikan ibadah hanya untuk-Nya semata, hatinya selalu takut dan terikat dengan rabb-Nya, mentaati-Nya dalam keadaan sendirian ataupun dihadapan banyak manusia. Sosok yang merindukan keridhaan Allah dan rasul-Nya Selalu terbayang dalam pelupuk matanya surga yang dijanjikan Allah menantinya dari pintu manapun ia suka, ia bisa memasukinya. Hatinya selalu menimbang dengan timbangan akhirat sehingga segala urusan dunia yang bertentangan dengan syariat Allah dan Rasul-Nya akan mudah ia singkirkan dan tinggalkan. Duhai betapa elok dan indah akhlaknya, bila ia belum bersuami maka berbakti kepada kedua orangtuanyalah ladang amalnya memanfaatkan kesempatan yang berharga ini dengan berusaha mendapatkan keridhaan dari keduanya.Bila ia telah bersuami maka bersemangatlah hatinya untuk berbakti kepada suaminya, menemani sang suami dalam keadaan suka dan duka,mendidik anak-anaknya agar mereka berjalan diatas sunnah dan manhaj yang benar yaitu manhaj salafuna shalih. Berani meluruskan suami apabila ia bersalah dengan bahasa yang lembut dan bersabar atas kekurangannya. Membantu suami dalam mentaati Rabb-Nya, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan hamba-hamba-Nya.Jika engkau bersabar dan istiqamah maka insya Allah engkau akan menjadi penghuni surga yang cantik jelita itu. Janganlah engkau resah dan gundah, merasa kecewa hatimu karena melihat sulitnya jalan untuk meraih kesana. Jalan itu akan mudah engkau tuju apabila engkau memohon pertolongan-Nya dalam setiap desah nafasmu. Sehingga segala tindak tandukmu selalu dalam bimbingan-Nya. Dan, renungkanlah apabila engkau berhasil mencapai predikat wanita shalihah (bidadari dunia) semua adalah karena dari Rabbmu semata, bersyukurlah atas nikmat ini dan janganlah sekali-kali engkau takabur. Ingatlah selalu firman-Nya : ”Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah” (huud:88). Semoga Allah memberkahimu dan memberkahi kita semua wanita-wanita muslimah diatas muka bumi ini yang bercita-cita ingin menjadi bidadari-bidadari diatas dunia ini dan tentu saja diakhirat nanti, Insya Allah. merawat rumahnya seindah surga… hiaskan qona’ah di taman hatinya… sejuk kalbunya sebening kaca… tundukkan pandang, takutkan Rabb-Nya… Wahai saudariku…..siapakah yang tidak tersipu-sipu mendengar bait-bait syair di atas,seorang muslimah akan tertunduk malu jika kata-kata itu diucapkan kepadanya.Itulah gambaran wanita sholihah, gelar tertinggi yang diraih seorang wanita. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim disebutkan “Dunia adalah perhiasandan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita sholihah (mar’atus sholihah)”. Wanita adalah makhluk ciptaan Allah. Secantik apapun dia, selembut apapun dia, semahir apapun dia, seperti apapun dia, ia tetap seorang hamba. Hanya seorang hamba yang Allah jadikan sebagai pendamping bagi manusia pertama yang diciptakan. Beban tugaspun dilimpahkan, konsekuensi yang timbul tidaklah sedikit dan tak mudah. Ada janji dengan segala puji ditebar Sang Pencipta. Lewat perantara wahyu dan lisan shodiq utusan-Nya. Satu harap para wanita menjadi muslimah dan mentaati apa yang Allah dan Rasul-Nya titahkan. “Mar’atus Sholihah” mahligai a’laa lilmuslimah. Perhiasan terindah di atas dunia. Salah satu pilar Kejayaan Dienul Islam. LANGKAH-LANGKAH MENJADI MAR’ATUS SHOLIHAH Wahai saudariku…..maukah engkau kuberitahu, bagaimanakah kita mencapai derajat mar’atus sholihah itu? Kita dapat mengetahuinya dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya. Langkah Awal : Menjadi Amatullah (Hamba Allah) Tugas hamba terhadap Rabbnya adalah menyembah-Nya tanpa tandingan lain. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”(QS. Surah Adz-Dzariyat [51] : ayat ke 56) Dengan bekal ketaqwaan yang lahir dari pergolakan ruh dan jalan panjang tafakkur (memikirkan), tadabbur (memperhatikan), dan nadhor (melihat) dalam tugas ini, seorang hamba (insya Allah) mampu menciptakan manusia yang hidup bertanggung jawab dengan sesungguhnya penjadian diri “al-muttaqi”. Berani menentang pandangan, sifat dan ansir yang menyimpang untuk menyalakan kekuatan baru. Melepaskan diri dari ikatan yang dapat mengakibatkan jiwa lapuk dan lemah. Sayyid Qutb rahimahullah berkata, “Inilah bekal dan persiapan perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya selalu terjaga, waspada, hati-hati, serta selalu dalam konsentrasi penuh… bekal cahaya yang menerawang liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang bertaqwa tidak akan tertipu oleh bayangan semu yang menghalangi pandangannya yang jelas dan benar… itulah bekal penghapus segala kesalahan, bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketentraman, bekal yang membawa harapan atas karunia Allah, di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal tak lagi berguna…” (Tarbiyah Ruhiyah, DR. Abdullah Nashih ‘Ulwan). Seorang hamba tidak patut menuruti hawa nafsunya sendiri, mematuhi manusia sebagai alternatif dari Tuhan, taklid buta terhadap tradisi, praktik, kepercayaan dan gagasan, ritus dan upacara masyarakat serta menganggapnya lebih tinggi daripada ajaran Tuhan. Karena hal tersebut bila dilaksanakan hanya akan mengantarkan kepada kesesatan yang nyata fid dunya wal akhiroh. Na’udzu billahi min dzaalik. “Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Qashash [28] : ayat 50) “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan mengahapuskan kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”(QS. Surah Al-Anfaal [8] : ayat 29) Langkah Kedua : Menjadi Zaujah Sholihah (Istri Sholihah) Dalam buku “Kaifa Takuuniina Zaujatan Shoolihatan” diringkaskan ciri khas seorang istri yang baik ialah : 1. Sholihah, melaksanakan perintah dan hak Rabb-Nya. 2. Muthii’ah qoonitah, taat pada suami selama tidak mengundang murka Ilahi.. 3. Muhaafadzoh, menjaga dirinya dan harta suami bila ia pergi. “maka wanita yang sholihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada..” (QS. Surah Al-Nisa’ [4] : ayat 34) Menyenangkan bila dipandang, menjauhkan suami dari rasa marah dan tak akan menolak bila ia “ingin”. Dalam tahap inilah seorang amatullah menghadapi batasan baru. Ia tidak lagi bisa menjalani hidup keseharian dengan sesuka hatinya, ia tak lagi dapat shaum nafilah (puasa sunnah) tanpa izin, ia tak bisa pergi tanpa persetujuan, ia harus tampak bahagia walau hatinya gelisah, ia harus tetap prima walau tubuhnya lelah, ia harus dapat menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi yang rasanya mustahil sekalipun, ketaatannya diuji hingga untuk hal yang tidak dia sukai (selama tidak melanggar Al-Quran dan As-Sunnah) Dari lini ini realita yang ada kadang (bahkan sering) tak sejalan dengan idealisme yang dimiliki. Ilmu yang didapatkan selama ini menuntut amal nyata. Sikap individualis hanya akan menghancurkan citranya dan cita-citanya sebagai zaujah sholihah. Ujian? Ya! Mengharap ridha Allah dan suami adalah tugas seorang istri. Langkah Ketiga : Menjadi Ummu Sholihah (Ibu Sholihah) Tanggung jawab besar selanjutnya hadir seiring hadirnya buah hati tersayang. Tanggung jawab yang tak mungkin dilimpahkan. Menjadi madrosatul ula (sekolah pertama), guru dari segala guru. Setelah terlahir, seorang anak mempunyai hak untuk diaqiqahi, dipotong rambutnya, diberi nama yang baik, disusui selama 2 tahun, dikhitan. Setelah itu (orang tua khususnya ibu) harus memberikan kasih sayang yang diperlukan anak, membiasakan anak berdisiplin sejak dini, memberi teladan yang baik sejak awal. Sampai di sini tugas belum selesai. Mengenalkan kalimat syahadat, mengajarkan Al-Qur’an, hukum halal dan haram, teladan Rasulullah dan para sahabat, hak dan kewajban orang tua, juga menjadi tugas utama. (disarikan dari Buku “Al Wajiiz Fii Tarbiyyah”, Yusuf Muhammad Al-Hasan) Pendek kata ibu, dan ibulah yang menjadi tumpu harap seoranganak amanah Allah. Ketika membaca teori mendidik anak rasanya sangat mudah, penerapannya? Tak semudah yang tertulis. Setiap anak membawa watak yang berbeda, masalah yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, maka mengatasinya pun berbeda-beda. Di sinilah membutuhkan lebih dari sekedar ilmu. Wal hasil ilmu tanpa amal bagai pohon tidak berbuah. Keikhlasan, kesunggguhan, kesabaran, dan engharap ridho Allah sebagai penolong adalah pegangan mengarungi ujian lanjut ini. Tidak ada kata mudah tugas ini. Repot, dan tidak ada lagi ruang senyap (kecuali sedang tidur). Hari-hari yang berlalu kemudian, adalah sebuah tanda tanya bagaimana kita harus menata waktu, untuk Allah, suami, anak-anak, demi mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Langkah keempat : Menjadi “Udhwu Al-Jama’ah Al-Qowiyah” (anggota jama’ah yang kuat) Jama’ah secara literer diartikan dengan “sejumlah besar manusia atau sekelompok manusia yang berhimpun untuk mencapai tujuan yang sama. (Al-Mu’jamu wasith 1/136) Maka maksud dari “menjadi anggota jama’ah yang kuat” adalah kita ikut pada sekelompok masyarakat yang memiliki kesamaan visi dan misi yang paling (mendekati) sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Cara ini sebagai media interaksi kita terhadap lingkungan dan kepedulian kita terhadap sesama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa bangun tidur sedang dia tidak memikirkan nasib kaum muslimin, maka dia bukanlah dari golongan muslim.” Maka, “sampaikanlah apa yang didapatkan dariku (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) walau satu ayat.” (Al-Hadits) Kita hidup bermasyarakat, dari sanalah timbul tuntutan untuk mengenal lingkungan. beragam sifat, sikap, cakap, dan faham membuat hidup ini rame rasanya. Bagi seorang muslimah ladang da’wah terbentang di sana. Jangan sampai merugi karena sesungguhnya manusia benar-benar merugi kecuali : Mereka yang beriman Mereka yang beramal shalih Mereka yang nasihat-menasihati dengan sabar dan pada yang haq Maka tak mungkin kita hidup sendiri. Akhir Menjadi Mar’ah Sholihah (Wanita Sholihah) Ammatullah, zaujah sholihah, ummu sholihah, menjadi bagian dari sebuah komunitas, adalah empat tahap uji sebelum menggapai mar’ah sholihah. Ketika keempat langkah di atas telah terlampaui hasilnya tetap tercetak beda antara satu dengan yang lainnya. Paling tidak ada beberapa kriteria dapat diamati. Sebagaiman firman Allah dalam Surah al-Faathir (Surah ke 35) ayat 32. “…..di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” Wallahu a’lam bishshowab wa ‘afwu minkum Hamba Allah fii Solo Maaraji’ : v Al-Wajiiz Fit Tarbiyah, Yusuf Muhammad Al-Hasan v Ath thoriq ilaa jamaa’atil muslimiin, Hussain bin Muhammad bin ali Jabir MA v Kaifa Takuuniina Zaujatan Shoolihatan, Ad-Dar Ibnul Mubarok. v Lima Tahap Mar’ah Sholihah, kajian bersama Ustadz Yusuf Irianto v Tarbiyah Ruhiyah, Dr.Abdullah Nashih ‘Ulwan. Syukurilah KejelitaanmuBanyak pria yang benar-benar terpenjara dalam jeruji-jeruji mengenangnya. Sudah tentu, karena ini adalah sebuah hukum alamiah, peristiwa semacam ini selalu berulang. Di setiap zaman. Di setiap tempat. Para pemilik kejelitaan itu sungguh menyadari kekuatan yang dimilikinya. Ada kebanggaan tersendiri di hatinya bila ada pria yang terjerat dan tertawan dalam mengenangnya. Semakin banyak jumlahnya, ah…semakin berhargalah dirinya ia rasakan. Tapi ada sebuah pertanyaan yang tak kunjung terjawab dengan cerdas oleh mereka; lalu setelah itu, apa?? Yah, setelah tawanan-tawanan kejelitaanmu sedemikian banyak dan engkau merasa semakin berharga, lalu setelah itu apa?? Ah, sudahlah. Sebuah kisah tentang kejelitaan. Di jantung kota suci Islam, Mekkah al-Mukarramah… Seorang wanita yang sangat jelita tengah duduk bersama suaminya di rumah mereka. Wanita itu sedang melihat wajahnya di cermin. Duhai, betapa jelitanya aku. Ia berbisik sendiri sembari tersenyum. Ada kebanggaan yang luar biasa dahsyatnya tiba-tiba mengalir dalam dadanya. Ia tak kuasa memendamnya. Hingga akhirnya ia menengok kepada suaminya, dan mengatakan, “Wahai suamiku, coba engkau lihat wajahku ini, betapa jelitanya.” Suaminya tersenyum. “Tentu, Istriku. Wajahmu begitu rupawan…” “Menurutmu, dengan kejelitaan wajahku ini, adakah pria yang tak tergoda saat memandangnya??” Tanya wanita itu pada sang suami. Pria itu terdiam sejenak. Tapi tidak lama. “Ada, Istriku,” jawabnya. “Apa??! Engkau mengatakan ada orang yang tidak akan tergoda melihat wajahku ini??!” Tanya sang istri penuh keterkejutan. Bagaimana mungkin, pikirnya. “Iya, istriku. Ada seorang pria yang tak akan tergoda oleh kejelitaanmu itu…” “Sssi..apakah dia, Kanda?” “Pria itu adalah ‘Ubaid ibn ‘Umair …” jawab sang suami. Tampak sekali sebuah kegelisahan menggelayuti wajah wanita rupawan itu. Ia gelisah karena tidak habis pikir. Bagaimana mungkin?? Tapi tiba-tiba saja ia menerima sebuah bisikan. Bisikan syetan yang menunggangi ketakjubannya pada kecantikannya sendiri… “Suamiku, apakah engkau mengizinkan aku untuk menggodanya??” pintanya tiba-tiba. Entahlah apa yang ada dalam pikiran pria itu mendengar permintaan istrinya. Tapi… “Baiklah, aku mengizinkanmu untuk menggodanya,” jawabya. Wajah wanita cantik itu seketika berubah cerah. Cerah becampur aroma kenakalan seorang wanita. Keesokan harinya… Wanita cantik itu telah siap menjalankan rencananya. Ia bergegas berjalan menuju Mesjidil Haram. Di sana ia akan menemui ‘Ubaid ibn ‘Umair. Ia akan berpura-pura seolah-olah ingin bertanya dan meminta fatwa darinya. Dan setelah itu, “Engkau rasakan jebakanku!” ujar wanita itu pada dirinya sendiri. Tidak sulit untuk menemui ‘Ubaid ibn ‘Umar. Saat itu ia sedang duduk berdzikir di salah satu sudut mesjid dan tidak duduk di halaqah pengajiannya. Wanita itu mendekatinya. Dengan nada yang sangat sopan, ia mulai berbicara… “Maaf, tuan. Bolehkah aku menanyakan beberapa masalah kepada Anda??” “Oh, iya, tentu saja. Tanyakanlah…,” jawab ‘Ubaid ibn ‘Umair tanpa curiga sedikitpun. Tapi tiba-tiba saja, wanita itu menyingkap wajahnya. Nampaklah kejelitaan dan kecantikannya memancar bak rembulan. ‘Ubaid ibn ‘Umair terkejut… “Wahai Amatullah!! Tidakkah engkau takut pada Allah??! Mengapa Engkau menyingkap wajahmu seperti itu??!” ujarnya. “Tuan, aku sungguh tergoda dengan Anda…,” kata wanita “jalang” itu. “Lakukanlah apa saja yang Anda inginkan pada diriku…,” lanjutnya semakin menggoda. ‘Ubaid ibn ‘Umair terkejut luar biasa. Nyaris saja ia tidak tahu harus berbuat apa. Namun Allah menolongnya. Ia masih dapat menguasai diri dan pikirannya. “Baiklah. Sebelum aku memenuhi permintaanmu, aku ingin engkau menjawab pertanyaanku. Jika engkau mengiyakan semua pertanyaanku, aku akan penuhi keinginanmu,” kata ‘Ubaid. “Ah, Tuan. Semua pertanyaanmu pasti akan kuiyakan. Anda tidak usah khawatir…,” jawab wanita itu semakin menggoda. “Baiklah. Katakanlah padaku, jika saja saat ini malaikat maut hadir untuk mencabut nyawamu, apakah engkau masih senang melakukan keinginanmu tadi bersamaku??” begitu pertanyaan ‘Ubaid yang pertama. Wajah wanita itu berubah. Ia terkejut. Buyar semua yang ia pikirkan sejak tadi. “Ttte..ntu …tti..dak, Tuan,” jawabnya. “Andai saja engkau telah dimasukkan ke dalam kuburmu, lalu engkau didudukan untuk ditanya, apakah engkau masih berfikir untuk melakukan keinginanmu tadi bersamaku??” Tanya ‘Ubaid yang kedua. Semakin pias paras jelita wanita itu. “Oh, tentu tidak, Tuan.” “Wahai hamba Allah! Saat kita semua telah berkumpul di padang Mahsyar untuk mengambil catatan amal kita, dan engkau tak tahu; apakah engkau akan menerima catatan amalmu dengan tangan kanan atau tangan kirimu, di saat itu mungkinkah engkau masih berniat melakukan apa yang kau katakana tadi padaku??” kembali ‘Ubaid ibn ‘Umair bertanya untuk ketiga kalinya. Wanita itu semakin salah tingkah. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya takut. “Eh..eh..ttte..te.ntu tidak, Tuan.” “Sekarang bayangkanlah saat-saat engkau akan menyebrangi jembatan yang melintas di atas neraka, engkau tak tahu apakah engkau akan selamat melewatinya atau tidak. Di saat itu, masihkah engkau melakukan apa yang kau pinta tadi padaku??” “Sama sekali tidak, Tuan…” jawab wanita itu. “Baiklah. Ketika timbangan amal telah dihadirkan, lalu amalanmu pun dihadirkan, dan saat itu engkau tak tahu apakah kebaikanmu yang berat atau justru kejahatanmu. Masih terpikirkah olehmu untuk melakukannya??” Tanya ‘ubaid untuk keempat kalinya. “Ah, itu saat yang mengerikan, Tuan. Mana mungkin aku berpikir tentang itu…,” ujarnya. “Dan sekarang dengarkanlah pertanyaan terakhirku. Renungkanlah saat engkau berdiri di hadapan Allah seorang diri. Engkau akan ditanya. Masihkah di saat seperti itu engkau terbayang untuk memintaku melakukan perbuatan keji itu terhadapmu??” “Tuan, tidak mungkin…tidak mungkin aku melakukan itu..,” jawab wanita itu. Dan matanya telah memerah. Ia tak sanggup lagi menahan butir-butir air mata yang sejak tadi tertahan… “Kalau begitu, takutlah pada Allah, wahai Amatullah!! Lihatlah, betapa Allah telah mengaruniakanmu semua nikmat ini!!” ujar ‘Ubaid ibn ‘Umair sembari membalikkan badannya, dan membiarkan wanita jelita itu menangis tersedu-sedu sendiri. Di sana, di salah satu sudut Mesjidil Haram. Entah apa kini yang ada di benaknya. Tapi jelaslah, pertanyaan-pertanyaan itu terlalu menyentaknya. Ia benar-benar tidak menyangka, sedikit pun, ternyata sang ‘alim yang zuhud itu “menusuk” hati nuraninya yang paling dalam. Dan wanita itupun melangkah pulang kerumahnya…Entah apa yang terjadi nanti… Pria itu sungguh terkejut. Tadi, saat istrinya meninggalkan rumah, jelas sekali wajahnya begitu berseri-seri. Tapi kini, tiba-tiba saja ia pulang dan…menangis tersedu-sedu. Apa yang telah terjadi?? Saat ia menanyakan itu pada istrinya, istrinya mengisahkan kisahnya bersama ‘Ubaid ibn ‘Umair… Yang pasti sejarah tak mencatat dengan persis apa kata yang diucapkan pria itu usai menyimak kisah istrinya. Namun yang pasti, sejak hari itu…Iya, sejak hari itu, wanita “penggoda” itu tak menghabiskan waktunya sedikit pun kecuali dalam tangis-tangis penghambaan pada Allah Rabbul ‘alamin. Hidupnya adalah jejak-jejaknya menunaikan puasa di siang hari dan shalat di malam hari. Hingga tercatatlah kata-kata sang suami dalam sejarah. “Duhai, apa salhku?? Mengapa ‘Ubaid ibn ‘Umair “merusak” istriku?? Dahulu, malam-malamku bersamanya adalah malam-malam pengantin baru. Tapi kini, lihatlah, ia tak ubahnya seperti seorang pendeta…Ia terus-menerus tenggelam dalam ibadahnya…” Patutkah pria itu dikasihi? Entahlah…Tapi kasihanilah dirimu, wahai seluruh amatullah yang ada di muka bumi ini, jika kejelitaanmu tak membuatmu bersyukur pada yang mengaruniakanmu keindahan itu Abul Miqdad al-Madany | khalisya.cybermq.com Muslimah Cantik, Bermahkota Rasa Malu“Muslimah cantik, menjadikan malu sebagai mahkota kemuliaannya…” Membaca SMS di atas, mungkin pada sebagian orang menganggap biasa saja, sekedar sebait kalimat puitis. Namun ketika kita mau untuk merenunginya, sungguh terdapat makna yang begitu dalam. Ketika kita menyadari fitrah kita tercipta sebagai wanita, mahkluk terindah di dunia ini, kemudian Allah mengkaruniakan hidayah pada kita, maka inilah hal yang paling indah dalam hidup wanita. Namun sayang, banyak sebagian dari kita—kaum wanita—yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no. 4181. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan) Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhari Muslim, begitu pula Adz Dzahabi) Begitu jelas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan. Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria. Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya. Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini… Di zaman ini justru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik… Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128) Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/191) Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di telan zaman? Peliharalah rasa malu itu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan public. Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu… Penulis: Ummu Hasan ‘Abdillah Artikel muslimah.or.id Arti Perempuan Bagi Laki-Laki Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan menjadi saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan lawan yang sepadan. Ketika pertandingan dimulai, dia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi dia akan berada bersamamu untuk berjaga-jaga di belakang saat engkau berada di depan, atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu, dialah yang akan menutupi kekuranganmu.Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki : perasaan, emosi, kelemah lembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal yang kadang dianggap sepele. Hingga ketika kau tidak mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan bagiannya. Sehingga tanpa kau sadari ketika menjalankan sisa hidupmu… kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya di sisimu. Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kontras dengan lelaki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukkan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan. Ia tidak butuh argumentasi hebat dari seorang laki-laki, tetapi ia butuh jaminan rasa aman darinya karena ia ada untuk dilindungi, tidak hanya secara fisik tetapi juga emosi. Ia tidak tertarik kepada fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail dari seorang laki-laki, tetapi yang ia butuhkan adalah perhatiannya, katakata yang lembut, ungkapan-ungkapan sayang yang sepele, namun baginya sangat berarti, membuatnya aman di dekatmu. Batu yang keras dapat terkikis habis oleh air yang luwes, sifat laki-laki yang keras ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tumbang oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang, seperti juga di dalam kelembutannya di situlah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa bertahan dalam situasi apapun. Ia lembut bukan untuk diinjak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang kokoh dan rindang. Jika lelaki berpikir tentang perasaan perempuan, itu sepersekian dari hidupnya. Tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya. Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki- laki, karena perempuan adalah bagian dari laki-laki, apa yang menjadi bagian dari hidupnya, akan menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamu pun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya, namun ikatan emosi kepada keluarganya tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan di sana. Karena mereka, ia menjadi seperti sekarang ini. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaanmu juga, karena kau dan dia adalah satu, dia adalah dirimu yang tak ada sebelumnya. Berita19.wordpress.com Wanita Shalihah Shalihah adalah kata sifat yang berarti baik. Dalam bahasa Arab imbuhan ta’ marbutah di akhir sebuah kata sifat menunjukkan bahwa sesuatu yang disifati tersebut adalah muannats (perempuan). Wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan RasulNya. Kemuliaan dan keutamaannya digambarkan Rasulullah saw. dalam sabdanya: “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR Muslim) Begitu juga ketika Umar ra. bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?” Beliau menjawab: “Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah (shalihah) yang akan menolongmu dalam perkara akhirat” (HR Ibnu Majah) Wanita shalihah, di dunia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Dalam al-Quran surat an-Nur: 30-31, Allah SWT. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya alias nggak jelalatan. Make up-nya lebih diutamakan basuhan air wudhu daripada bedak kosmetik. Lipstiknya bukan lip gloss, melainkan dzikir kepada Allah. Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Nggak asal mangap. Apalagi sampe centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit bin histeris saat mendapatkan kesenangan. Nggak ada dalam sejarahnya tuh. Justru ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai dan bermanfaat. Sehingga aktivitas amar ma’ruf nahi munkar pun telah menjadi kesehariannya. Ikut berdakwah, Sis! Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Senantiasa menjaga batas pergaulan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Ia juga selalu menjaga akhlaknya dengan memelihara rasa malu. Mengingat setiap tindak-tanduk kita nggak akan pernah lolos dari pengawasan Allah Swt. maupun malaikat Raqib dan Atid. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya. Saat mendapati keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia “polos” tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya. Tak heran jika setiap muslimah mendambakan predikat wanita shalihah melekat pada dirinya. Kamu mau…………..? Apapun Kata Orang, Inilah Jalanku.. Mereka bilang kerudungku seperti nenek-nenek, padahal rambut mereka seperti daun kering melambai.. Mereka bilang jilbabku ketinggalan zaman, padahal tank-top mereka seperti koteka zaman batu.. Mereka bilang ucapanku seperti orang yang ceramah padahal rumpian mereka tak lebih indah dari dengungan segerombol lebah.. Mereka bilang cara berfikirku ”ketuaan” padahal umur kepala dua mereka tidak menjadikannya lebih dewasa dari seorang anak kecil berumur 5 tahun.. Mereka bilang tingkah polahku tidak enerjik, padahal laku mereka lebih menyerupai banteng seruduk sana-seruduk sini.. Mereka bilang dandananku pucat, padahal penampilan mereka lebih mirip dengan ondel-ondel Mereka bilang aku nggak gaul, padahal untuk mengenal konspirasi saja mereka geleng-geleng.. Mereka bilang: aku sok suci aku tidak menikmati hidup aku nggak ngalir aku fanatik sok lebay dan sok bau surga.. Ku jawab: Ya, aku berusaha untuk terus mensucikan diri. Karena najis tidak pernah mendapatkan tempat dimanapun berada, meskipun letaknya di atas tahta emas. Ya, aku tidak menikmati hidup ini. Karena hidup yang kudambakan bukan hidup yang seperti ini, yang lebih buruk dari hidupnya binatang ternak. Ya, aku nggak ngalir. Aku adalah ikan yang akan terus bergerak, tidak terseret air yang mengalir sederas apapun alirannya. Karena aku tidak ingin jatuh ke dalam pembuangan. Ya, aku fanatik. Karena fanatik dalam kebenaran yang sesuai fitrah adalah menyenangkan, dibanding fanatik dalam kesalahan yang fatrah (kufur) Ya, aku memang sok lebay. Karena aku adalah manusia yang lemah yang terserang makhluk kecil macam virus saja tubuhku sudah ambruk, manusia yang bodoh yang tidak mengetahui nasib hidupku satu detik setelah ini, manusia yang serba kurang dan punya batas waktu yang ketika waktu itu habis aku tidak bisa mengulurnya ataupun mempercepatnya. Ya, aku ingin mencium bau surga yang dijanjikan Tuhanku, yang baunya dapat tercium dari jarak ratusan tahun cahaya. Betapa meruginya orang yang tidak bisa mencium bau surga, karena itu menandakan betapa jauhnya posisinya dari surga… Kullu maa huwa aatin qoribun Segala sesuatu yang pasti datang itu dekat… Manusia dibekali Islam dan Muhammad Sallallahu’alaihiwasallam sebagai pembawa huda dan haq.. Manusia juga dibekali akal oleh Rabb Sang Pencipta.. Namun, manusia diberi kebebasan memilih untuk hidupnya.. Dan, there is only one choice.. Untuk itulah aku memilih jalanku. Memilih jalan hidupku Hidup yang aku dambakan. Mendamba apa yang telah dijanjikanNya.. Janji yang tak akan pernah teringkari… Whatever they said… “Jika kamu menuruti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (Qs. Al-An’am 116). “Allah tidak akan mengingkari janji-janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Qs. Ar-Rum 6). ~oleh Teuku Ghoffal Abu Nabiel~ Bidadari Syurga Dunia Bidadari Syurga dunia... Ada senyum yang terukir indah dimuka.. Ada bias rona merah di wajah.. Memantulkan warna hati si jiwa Syurga Bidadari Syurga dunia.. Wajah yang senantiasa putih dan menawan Berhiaskan air wudlu yang terpancar.. Menambah pesona hiasan mata.. Bidadari Syurga dunia.. Yang senyumnya selalu merekah.. Yang parasnya mempesona.. Yang hatinya selembut sutra.. Bidadari Syurga dunia.. Jadi dambaan setiap wanita.. Impian diri wanita sholehah Qonitat dan berhati bunga.. Bidadari Syurga di hati luka.. Yang pucatkan muka si durjana Yang tepiskan angan dunia.. Yang hatinya bagaikan kaca.. Bidadari Syurga di hati dunia.. Yang siangnya bagaikan singa di rimba Yang malamnya bagai sufi perindu Syurga Zuhud selendang pengikatnya.. Bidadari Syurga dunia.. Dimana pun berada kau tetap setia Pada Allah, Rasul dan juga Dien-Nya.. Kemana lagi kan kucari Bidadari Syurga Dunia.. Di arusnya dunia merana.. Sentuhanmu bangkitkan rasa.. Hingga syahid ku jumpa di pintu Syurga.. (BY : ****** - saat 'cinta', 'rindu' dan hasrat tuk "Syahid" makin 'membuncah'.) IKHTITAM Demikian yang dapat kami persembahkan khusus buat akhwat yang berusaha untuk mendapatkan gelar WS (Wanita Sholihah) sesungguhnya, yang bisa mengalahkan bidadari syurga. semoga usaha para akhwat untuk mendapatkannya diberi kemudahan oleh Alloh SWT. Dialah bidadari bumi, dialah wanita sholehah yang keberadaan dirinya lebih baik dan berarti dari seluruh isi alam ini. Karena jiwa dan akhlaknya yang menghiasi dirinya Artikel-artikel ini kami kumpulkan dari berbagai sumber di situs internet, terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan kepada kami sehingga buku “Al Maqolah Al Muhimmah Li An Nisa’ Fourth Edition” ini bisa terbit . Penyusun | |||
Minggu, 20 Maret 2011
Al Maqolah Al Muhimmah Li An Nisa' fourth edition
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar